counters

Minggu, 11 Oktober 2015

Hujan jangan dulu reda

saya senang ketika hujan datang. apa lagi ketika saya dapat merasakan turunnya hujan bersamanya., namun sayang. sayangnya kali ini tak ku manfaatkan dengan baik.
hujan memang sudah datang dihadapan kami. pembawaannya yang sangat sejuk menenangkan. jujur aku senang. namun tak ada sedikit kata yang keluar dari mulut kami.
entah salah siapa?
entah saya yang bersikap seperti anak kecil?
atau dia dan ketidak pekaannya.
hujan tetap turun namun kata-kata masih enggan keluar dari mulut kami. menjadikan suana menjadi dingin. bukan dingin karena hujan. tak ada kehangatan lagi. hujan tetap memberikan ketenangan. tapi mungkin tidak kali ini. emosi yang panas dalam diri kami bukan malah memancarkan kehangatan namun dingin yang begitu dalam.
sampai kapan kami akan terus seperti ini?
hujan, jangan dulu reda.





17:44 Depok, Oktober 2015

Kamis, 10 September 2015

THEY SAID "LDR Is SUCK"

INSPIRED BY QUENI. He was my besties on Elemenatary School.




-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Rasanya hampa. Entrahlah, sampai detik ini pun gue msih labil gak jelas. Gue lelah dengan  hubungan ini. Namun gue akuin, gue masih menyayanginya.
Sudah 2 hari tak ada kabar, entah akan jadinya apa nanti, dan sebenernya sekarang pun gue masih bingung apa status kami saat ini.
Hal ini udah pernah terjadi sebelumnya. Entah kali ini akan menjadi terkhir atau masih berlanjut.
Jujur, sebenarnya malam ini gue sedang merindukannya, dan sebenarnya malam ini ada banyak sekali cerita yang ingin gue kisahkan padanya. Namun dia tidak ada.
Jenuh. Pacaran jarak jauh itu cape banget. Kalo bukan orang  yang sabaran gk akan bisa bertahan. Ya contoh nya gue. Jujur gue udah cape bertahan sama  Wiko rasanya jenuh. Kalo dianya perhatian dan peka ya mungkin itu akan lebih baik.. tapi ini sebaliknya. Yang ada cuma bikin batin doang. Mau putus tapi….. gak tau lah apa alasan gue buat berat bilang putus ke dia. Gue udah nyesel pacaran sama dia jadi gue gak mau nyesel untuk kedua kalinya karena  keilangan dia. Dasar labil!
Gue gk suka sama sikap dia yang juga bener-bener labil dan  gak komitmen, mulut besar, kebanyakan omong tapi gk ada bukti. Apa? Dia buat gue ilfil berlebihan. Unrespect. Kalo bukan karena sikap dia yang udah baik sma gue dan keluarga gue mungkin gue udah gampang kali ya ninggalin dia. Tapi gue punya banyak utang budi sma dia.  Hal itu juga yang buat gue berat untuk keilangan dia. Takut? Di bilang takut mah engga si cuma kawatir aja, entah apa yang harus di khwatirkan.
Hari ini aja seharian dia gantungin gue gak jelas, telepon ga diangkat sms juga gak di bales. Dia gak tau apa betapa butuh nya gue saat ini. Setiap gue butuh,  dia ga ada. Gimana mau gue tahan. Sedih, tapi mau gimana lagi. Mungkin ini salah gue juga, gue yang terlalu egois dan kasar sama dia. Ngomong seenekanya udel. Iya, gue akuin gue egois dan kayak anaka kecil. Tapi sifat dia yang buat gue kayak gini. Gue gak tau apa yang harus gue lakuin lagi. Gapernah peka.
Percuma nangis juga. Dia gak akan denger tangisan gue ini, dan gak akan bisa buat gue berubah. Gue kangen sama dia. Iya gue masih sayang sama dia tapi gue muak degan tingkah lakunya. Iya gue bosen, tapi gue gak bisa pungkirin kalo gue kangen dia. Gue Cuma pengen diperhatiin sama dia. Gue pengen dia nyanyiin gue lagu yang gue suka tapi dia gak pernah kabulin permintaan gue yang itu. Apa itu sulit? Atau emang gue nya yang minta nya terlalu muluk?
Dia gak mau keilangan gue tapi dia sendiri gak mau jaga gue. Dan alhasil, akhirnya gue menyukai seseorang. Namanya elang satu universitas sama gue tapi beda fakultas. Tepatnya dia fakultas kedokteran dan gue fakultas ilmu budaya jurusan sastra jepang.
Tapi gue gak yakin suka serius terhadanya. Yang gue yakin kalo gue masih sayang sama Denis. Dan gue takut untuk keilangannya.
Tapi semuanya berubah. Suatu saat nanti cepat atau lambat pasti gue akan mengalami rasa kehilangan.
Gue sayang sama dia. Dia inspirasi gue. Udah banyak puisi dan lagu yang udah gue buat untuknya. Dia indah namun kali ini dia menjijikan.
Andai waktu bisa terulang, gue sama sekali tidak ingin mencintanya. Itu terlalu bodoh dan sakit.

Tepat hari ini tanggal 10 september gue putus sama dia. Gak sudi untuk sebut namanya. Dia yang minta untuk ngeakhiri ini dengan alasan dia pengen liat gue bahagia, dan selama dengan dia gue gak bahagia. Klasik. Harusnya kalo emang dia beneran sayang tulus sama gue pasti dia berusaha buat bikin gue bahagia dong entah bagaimanapun caranya. Tapi ini…. Udah gue duga dia emang bukan yang terbaik, dan dia juga gak peka.
Gue janji, gue akan gantiin semua yan udah dia kasih buat gue. Uang contohnya. Oke 1 juta yaa? It’s oke. Suatu saat nanti gue akan ganti itu semua. Gue gak lupa gue bisa kuliah disini karena siapa dan gue gak akan pernah lupain dan suatu saat gue akan bales kebaikan dia itu. ya meski gak seberapa tapi seengganya gue bisa balas budi terhadapnya.
Dibilang sedih ya sedih banget. Apa lagi dibilang sakit. Sakit banget. Kalo boleh jujur gue lebih baik gausah kenal sama dia. Lu udah tau kan apa aja yang udah gue lakuin selama pacaran sama dia? Dan itu mengecewakan banget. Sakit hati. Mungkin dia juga sakit hati akibat gue yang sering maki-maki dia. Tapi gue punya alasan.. gue sayang sama dia. Gue Cuma pemngen dia peka doang. Cuma itu aja. Gak ada lebih. Gue kecewa sama dia. Kecewa banget. Gue gak mau ngulanginnya lagi. Walau sebenernya gue masih sayang banget sama dia. Apa lagi adenya yang gak bisa buat gue lepas dari dia. Tapi… udah lah, kalo gue ngulangin lagi, gue bodoh , dan kapan gue bisa dewasanya. Perjalan gue masih panjang. Dan masih banyak lelaki yang pastinya lebih baik dari dia. Lebih sayang dari dia dan pastinya bukan PHP.



4 tahun bersama bukan waktu yang sebentar dan emang rasanya berat banget buat lupain. Apa lagi kita tuh biasa bareng-bareng. Dan sekarang berakhirnya  gak saling ketemu. Gue masih inget saat -saat itu. saat pertama kali dia ngungkapin kalo dia sayang sama gue. Gue masih inget saat-saat itu. saat pertama kali gue main kerumahnya dan dia urutin tangan gue dan saat itu juga dia pertama kali pegang tangan gue. Saat pertama kali dia ketemu sama keluarga gue. Waktu itu mati lampu dan kita makan soto bareng dirumah gue. Sambil gelap-gelapan, dan cerita banyak banget. apa aja kami omongin saat itu. kita cerita banyak banget sampe gak kenal waktu. Gue selalu inget saat-saat itu. Apa lagi ketika tanggal itu, tanggal tepat dimana dia ngutarain semua rasa dia kegue. Dengan sekotak kue bolu warna ungu dengan keju ditambah hiasan lilin angka berbentuk tanggal 201112. Ia letakan kue itu dimeja, lalu dia berlutut sambil pegang tangan gue dan dia bilang kalo dia sayang sama gue dan mau jadi pacar gue. Dengan keadaan yang menurut gue super romantic dengan lampu yang gelap dan hiasan lilin-lilin angka itu. saat itu gue ngerasa cewek paling beruntung diantara temen-temen gue. Manis banget. Dan gue seneng banget waktu itu.  gue terima dia, dan saat itu juga gue langsung bawa dia kerumah nenek gue dan gue kenalin dia dengan semua keluarga gue. Dari mama gue, papa gue, ade gue, om, tante gue, sepupu-sepupu gue, sampe nenek dan kakek gue. Mereka langsung respect sama dia dan mereka juga langsung suka sama dia. Dari saat itu gue kira dia yang terbaik.
 4 tahun sudah berlalu. Indah banget saat itu. Namun saasaat itu udah berakhir. semua itu tidak lagi indah, namun menjijikan. Tapi… kenapa masih saja gue belum mampu menghapusnya?  sampe kapan gue akan ngerasain rasa yang begini sakitnya? Akankah gue akan tetap menunggu? Atau berusaha untuk menhapus rasa cinta dihati gue? Sampe kapan dia akan terus ada di otak dan hati gue? Rasa benci dan cinta saat ini bener-bener campur aduk. Gue menghela napas, harusnya dia memang tak penting dangue juga gak perlu memikirkannya.
 











Surat-surat itu. Iya surat-surat pertama yang gue buat untuknya yang isinya adalah pujian-pujian manis dan kata-kata indah. Tapi kali ini gaseindah dan semanis dulu.  Semuanya berubah dan jauh berbeda banget. saat itu gue selalu nulis tentang nya dengan senyuman, tapi kali ini gue menulis tentang nya melainkan dengan tetasan air mata dan tangisan isak. Sakit.
Dari mana gue memulai semua ini? Dan ketika semua akan berkhir harus dari mana pula untuk meakhirinya?
Gue inget ketika kami masih bertanya papa sempet bilang “hati-hati kamu akan terjebak dengan hubungan yang kamu jalin saat ini” dan iya gue memang mengalaminya kemarin. Namun sekarang gue sudah terlepas dari jebakan itu, namun dengan rasa sakit. Mungkin rasa yang amat sakit.







 10 Sepetember

            Pagi ini, udah gak ada lagi sms ucapan ‘selamat pagi’. Dan  tidak ada juga satu dering telepon yang perlu diangkat. Sepi . hilang. Menjauh.
Kini gue harus siap menghadapi yang tak terelakan.
Apa gue harus melanjutkan mimpi yang isinya Cuma dia?
Gue benci sama dia dan gue bener-bener sakit hati terhadapnya.gue mau lupain semuanya tentang dia, tapi dia mohon-mohin minta maaf. Gue reject tapi akhirnya gue inget janji gue. Kalo seandaunya gue putus, gue sama dia harus jadi sahabat dan saling jaga silaturahmi. Oke gue tepatin jaji itu. meski sebenrnya sayang gue gak bisa untuk sebatas sahabat. Tapi gue gak mau egois. Gue harus dewasa, dan gue gaboleh Cuma mikirin ego gue sendiri. 
Gue coba iklas dan relain semuanya. Meski sakit dan masih terlalu berat, tapi gue gak boleh kalah sama masalah ini. Ada orang yang  lebih penting yang harus dipikirin dari pada dia. Yaitu mama sama papa.  





Minggu, 12 April 2015

Sinopsis*TAMARA #part1 #Kenangan di bukit kelabu **

      Ketika aku berusaha bangkit untuk menutup masalalu, aku berharap semua benar-benar tertutup.
Tapi nyatanya enggak-_- masalalu itu kembali menghampiri dan membawa sejuta kenangan.
Kenangan manis dan pahit. Kenangan yang mungkin tak bisa ku lupa dimana 'dia' membawakan jutaan senyum untuk ku. membawa ribuan tangis untukku. Namun pada akhirnya itu hanya sebuah kenangan .
Aku berdiri di bawah guyuran hujan, menatap langit dan berharap hujan mengahapus kenangan itu, namun sayangnnya 'enggak'. Hujan malah semakin membuatku teringat dengan kenangan-kenangan itu.
Aku ingat ketika aku tertawa bersamanya menceritakan tentang kami. Semuaya terekam bersama dengan kenangan.
Akupun terkadang merindukannya, tak bisa dipungkiri ketika aku berpura-pura bahagia di depannya.
Aku rindu kenangan itu, aku rindu tawa itu, aku rindu akan segala hal yang tergores dalam kenangan itu.

"Aku tunggu kamu tepat tanggal ini, hari ini dan disini. dan aku berharap kau luangkan waktu untukku" "Aku berjanji ingin menunggumu!!!!!!!!" Rakel sambil menggenggam tangan ku.
Tidak... itu tidak mungkin, aku tak ingin kembali. Apa harus aku mempercayainya.
Aku tak ingin lagi merasakan goresan luka.dan akhirnya ku berduka.

Sinopsis Gulita Dalam Senja




 BY: Zien Kartika Andrs.


Ku rebahkan kedua tanganku di atas tempat tidur yang kini mulai terasa reot dari biasanya. Mataku menatap ke atas langit-langit kamar yang di penuhi oleh tempelan bintang-bintang yang jika lampu dimatikan bintang-bintang itu pun dapat memancarkan cahaya. Maka dari itu aku lebih suka mematikan lampu agar dapat melihat bintang-bintang itu bercahaya.
Pikiranku mengembara entah kemana. Rasanya sangat lelah jika membayangkan aktivitasku yang telah aku lewati seharian ini.
Sambil mendengarkan lagu dari handphone ku, ku coba memejamkan mata berharap dapat tertidur pulas. Namun keinginan hanya keinginan. Pusing sekali, begitu banyak orang-orang dikepalaku. Sehingga aku sulit untuk memejamkan mata. Bingung. Seharusnya ini tak penting dan aku tak perlu memikirkannya.
Sial!!!! Rasanya kesal sekali ketika kau harus memikirkan hal yang tak perlu kau pikiran. Ketika itupun kegelisahan menghampiri.
“Hufftttt.......” Kuhembuskan nafasku. Berharap dapat melegakan perasaan. Namun nyatanya tidak.
Aku pun segera bangkit dari tempat tidurku menuju meja belajarku. Menarik kursi dan kemudian duduk. Meraih handphone kemudian memencet tombol hanya untuk mengecek jam. Jam pun menunjukan jam 01.48.
Di kamarku tidak terdapat jam, karena kebetulan aku tidak dapat membaca jam. Jadi jam tidak ku anggap penting di kamarku.
Kemudian ku nyalahkan lampu pijar bintangku. Dan tembok-trembok kamar terlihat penuh bintang akibat efek dari lampu pijarku. Indah. Benar-benar indah. Dan aku sangat menyukai bintang.
Aku hanya duduk melamun dan termenung, membayangkan yang belum terjadi. Membayangkan hari esok yang harus ku lewati. Hari-hari yang penuh dengan banyak sekali dengan manusia munafik. Jahanam! Sejujurnya aku membenci sekali berteman dengan manusia.
Tanganku memegangi keningku yang berponi. Diam. Hanya diam.
Entah apa yang aku pikirkan. Mungkin aku hanya lelah.
Sekitar beberapa menit aku terjaga dalam lamunan. Entah apa yang aku pikirkan. Seorang sahabat yang tidak aku tau dari mana asalnya atau kisah hidupku yang tak ada alurnya, atau orang-orang yang tak tau sopan santun, manusia bodoh yang menghujat kaum lemah, atau kisah cintaku yang sedang aku miliki.