saya senang ketika hujan datang. apa lagi ketika saya dapat merasakan turunnya hujan bersamanya., namun sayang. sayangnya kali ini tak ku manfaatkan dengan baik.
hujan memang sudah datang dihadapan kami. pembawaannya yang sangat sejuk menenangkan. jujur aku senang. namun tak ada sedikit kata yang keluar dari mulut kami.
entah salah siapa?
entah saya yang bersikap seperti anak kecil?
atau dia dan ketidak pekaannya.
hujan tetap turun namun kata-kata masih enggan keluar dari mulut kami. menjadikan suana menjadi dingin. bukan dingin karena hujan. tak ada kehangatan lagi. hujan tetap memberikan ketenangan. tapi mungkin tidak kali ini. emosi yang panas dalam diri kami bukan malah memancarkan kehangatan namun dingin yang begitu dalam.
sampai kapan kami akan terus seperti ini?
hujan, jangan dulu reda.
17:44 Depok, Oktober 2015
Minggu, 11 Oktober 2015
Kamis, 10 September 2015
THEY SAID "LDR Is SUCK"
INSPIRED BY QUENI. He was my besties on Elemenatary School.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4 tahun sudah berlalu. Indah banget saat itu. Namun saasaat itu udah
berakhir. semua itu tidak lagi indah, namun menjijikan. Tapi… kenapa masih saja
gue belum mampu menghapusnya? sampe
kapan gue akan ngerasain rasa yang begini sakitnya? Akankah gue akan tetap
menunggu? Atau berusaha untuk menhapus rasa cinta dihati gue? Sampe kapan dia akan terus ada di
otak dan hati gue? Rasa benci dan cinta saat ini bener-bener campur aduk. Gue
menghela napas, harusnya dia memang tak penting dangue juga gak perlu
memikirkannya.
Surat-surat itu. Iya surat-surat pertama yang gue
buat untuknya yang isinya adalah pujian-pujian manis dan kata-kata indah. Tapi
kali ini gaseindah dan semanis dulu.
Semuanya berubah dan jauh berbeda banget. saat itu gue selalu nulis
tentang nya dengan senyuman, tapi kali ini gue menulis tentang nya melainkan
dengan tetasan air mata dan tangisan isak. Sakit.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rasanya hampa. Entrahlah, sampai detik ini
pun gue msih labil gak jelas. Gue lelah dengan hubungan ini. Namun gue akuin, gue masih
menyayanginya.
Sudah 2 hari tak ada kabar, entah akan
jadinya apa nanti, dan sebenernya sekarang pun gue masih bingung apa status
kami saat ini.
Hal ini udah pernah terjadi sebelumnya.
Entah kali ini akan menjadi terkhir atau masih berlanjut.
Jujur, sebenarnya malam ini gue sedang
merindukannya, dan sebenarnya malam ini ada banyak sekali cerita yang ingin gue
kisahkan padanya. Namun dia tidak ada.
Jenuh. Pacaran jarak jauh itu cape banget.
Kalo bukan orang yang sabaran gk akan
bisa bertahan. Ya
contoh nya gue. Jujur gue udah cape bertahan sama Wiko rasanya jenuh. Kalo dianya perhatian
dan peka ya mungkin itu akan lebih baik.. tapi ini sebaliknya. Yang ada cuma bikin
batin doang. Mau putus tapi….. gak tau lah apa alasan
gue buat berat bilang putus ke dia. Gue udah nyesel pacaran sama dia jadi gue
gak mau nyesel untuk kedua kalinya karena keilangan dia. Dasar labil!
Gue gk suka sama sikap dia yang juga
bener-bener labil dan gak komitmen,
mulut besar, kebanyakan omong tapi gk ada bukti. Apa? Dia buat gue ilfil
berlebihan. Unrespect. Kalo bukan karena sikap dia yang udah baik sma gue dan
keluarga gue mungkin gue udah gampang kali ya ninggalin dia. Tapi gue punya
banyak utang budi sma dia. Hal itu juga
yang buat gue berat untuk keilangan dia. Takut? Di bilang takut mah engga si
cuma kawatir aja, entah apa yang harus di khwatirkan.
Hari ini aja seharian dia gantungin gue gak
jelas, telepon ga diangkat sms juga gak di bales. Dia gak tau apa betapa butuh
nya gue saat ini. Setiap gue
butuh, dia ga ada. Gimana mau gue tahan.
Sedih, tapi mau gimana lagi. Mungkin ini salah gue juga, gue yang terlalu egois dan kasar sama dia.
Ngomong seenekanya udel. Iya, gue akuin gue egois dan kayak anaka kecil. Tapi
sifat dia yang buat gue kayak gini. Gue gak tau apa yang harus gue lakuin lagi.
Gapernah peka.
Percuma
nangis juga. Dia gak akan denger tangisan gue ini, dan gak akan bisa buat gue
berubah. Gue kangen sama dia. Iya gue masih sayang sama dia tapi gue muak degan
tingkah lakunya. Iya gue
bosen, tapi gue gak bisa pungkirin kalo gue kangen dia. Gue Cuma pengen
diperhatiin sama dia. Gue pengen dia nyanyiin gue lagu yang gue suka tapi dia
gak pernah kabulin permintaan gue yang itu. Apa itu
sulit? Atau emang gue nya yang minta nya terlalu muluk?
Dia gak mau
keilangan gue tapi dia sendiri gak mau jaga gue. Dan alhasil, akhirnya gue
menyukai seseorang. Namanya elang satu universitas sama gue tapi beda fakultas.
Tepatnya dia fakultas
kedokteran dan gue fakultas ilmu budaya jurusan sastra jepang.
Tapi gue gak yakin suka serius terhadanya. Yang gue yakin kalo gue masih sayang
sama Denis. Dan gue takut untuk keilangannya.
Tapi
semuanya berubah. Suatu saat nanti cepat atau lambat pasti gue akan mengalami
rasa kehilangan.
Gue sayang sama dia. Dia inspirasi gue.
Udah banyak puisi dan lagu yang udah gue buat untuknya. Dia indah namun kali
ini dia menjijikan.
Andai waktu bisa terulang, gue sama sekali tidak
ingin mencintanya. Itu terlalu bodoh dan sakit.
Tepat hari ini
tanggal 10 september gue putus sama dia. Gak sudi untuk sebut namanya. Dia yang minta untuk ngeakhiri ini
dengan alasan dia pengen liat gue bahagia, dan selama dengan dia gue gak bahagia.
Klasik. Harusnya kalo emang dia beneran sayang tulus sama gue pasti dia
berusaha buat bikin gue bahagia dong entah bagaimanapun caranya. Tapi ini….
Udah gue duga dia emang bukan yang terbaik, dan dia juga gak peka.
Gue janji, gue akan gantiin semua yan udah dia
kasih buat gue. Uang contohnya. Oke 1 juta yaa? It’s oke. Suatu saat nanti gue
akan ganti itu semua. Gue gak lupa gue bisa kuliah disini karena siapa dan gue
gak akan pernah lupain dan suatu saat gue akan bales kebaikan dia itu. ya meski
gak seberapa tapi seengganya gue bisa balas budi terhadapnya.
Dibilang sedih ya sedih banget. Apa lagi dibilang
sakit. Sakit banget. Kalo boleh jujur gue lebih baik gausah kenal sama dia. Lu
udah tau kan apa aja yang udah gue lakuin selama pacaran sama dia? Dan itu
mengecewakan banget. Sakit hati. Mungkin dia juga sakit hati akibat gue yang
sering maki-maki dia. Tapi gue punya alasan.. gue sayang sama dia. Gue Cuma
pemngen dia peka doang. Cuma itu aja. Gak ada lebih. Gue kecewa sama dia.
Kecewa banget. Gue gak mau ngulanginnya lagi. Walau sebenernya gue masih sayang
banget sama dia. Apa lagi adenya yang gak bisa buat gue lepas dari dia. Tapi…
udah lah, kalo gue ngulangin lagi, gue bodoh , dan kapan gue bisa dewasanya.
Perjalan gue masih panjang. Dan masih banyak lelaki yang pastinya lebih baik
dari dia. Lebih sayang dari dia dan pastinya bukan PHP.
4 tahun bersama bukan waktu yang sebentar dan emang rasanya berat
banget buat lupain. Apa lagi kita tuh biasa bareng-bareng. Dan sekarang
berakhirnya gak saling ketemu. Gue masih
inget saat -saat itu. saat pertama kali dia ngungkapin kalo dia sayang sama
gue. Gue masih inget saat-saat itu. saat pertama kali gue main kerumahnya dan
dia urutin tangan gue dan saat itu juga dia pertama kali pegang tangan gue.
Saat pertama kali dia ketemu sama keluarga gue. Waktu itu mati lampu dan kita
makan soto bareng dirumah gue. Sambil gelap-gelapan, dan cerita banyak banget.
apa aja kami omongin saat itu. kita cerita banyak banget sampe gak kenal waktu.
Gue selalu inget saat-saat itu. Apa lagi ketika tanggal itu, tanggal tepat
dimana dia ngutarain semua rasa dia kegue. Dengan sekotak kue bolu warna ungu
dengan keju ditambah hiasan lilin angka berbentuk tanggal 201112. Ia letakan kue itu
dimeja, lalu dia berlutut sambil pegang tangan gue dan dia bilang kalo dia sayang
sama gue dan mau jadi pacar gue. Dengan keadaan yang menurut gue super romantic
dengan lampu yang gelap dan hiasan lilin-lilin angka itu. saat itu gue ngerasa
cewek paling beruntung diantara temen-temen gue. Manis banget. Dan gue seneng
banget waktu itu. gue terima dia, dan
saat itu juga gue langsung bawa dia kerumah nenek gue dan gue kenalin dia
dengan semua keluarga gue. Dari mama gue, papa gue, ade gue, om, tante gue,
sepupu-sepupu gue, sampe nenek dan kakek gue. Mereka langsung respect sama dia
dan mereka juga langsung suka sama dia. Dari saat itu gue kira dia yang
terbaik.
Dari mana gue memulai semua ini? Dan ketika
semua akan berkhir harus dari mana pula untuk meakhirinya?
Gue inget ketika kami masih bertanya
papa sempet bilang “hati-hati kamu akan terjebak dengan hubungan yang kamu jalin
saat ini” dan iya gue memang mengalaminya kemarin. Namun sekarang gue sudah
terlepas dari jebakan itu, namun dengan rasa sakit. Mungkin rasa yang amat
sakit.
10 Sepetember
Pagi ini,
udah gak ada lagi sms ucapan ‘selamat pagi’. Dan tidak ada juga satu dering telepon yang perlu
diangkat. Sepi . hilang. Menjauh.
Kini gue harus siap menghadapi yang tak
terelakan.
Apa gue
harus melanjutkan mimpi yang isinya Cuma dia?
Gue benci
sama dia dan gue bener-bener sakit hati terhadapnya.gue mau lupain semuanya
tentang dia, tapi dia mohon-mohin minta maaf. Gue reject tapi akhirnya gue
inget janji gue. Kalo seandaunya gue putus, gue sama dia harus jadi sahabat dan
saling jaga silaturahmi. Oke gue tepatin jaji itu. meski sebenrnya sayang gue
gak bisa untuk sebatas sahabat. Tapi gue gak mau egois. Gue harus dewasa, dan
gue gaboleh Cuma mikirin ego gue sendiri.
Gue coba
iklas dan relain semuanya. Meski sakit dan masih terlalu berat, tapi gue gak
boleh kalah sama masalah ini. Ada orang yang lebih penting yang harus dipikirin dari pada
dia. Yaitu mama sama papa.
Minggu, 12 April 2015
Sinopsis*TAMARA #part1 #Kenangan di bukit kelabu **
Ketika aku berusaha bangkit untuk menutup masalalu, aku berharap semua benar-benar tertutup.
Tapi nyatanya enggak-_- masalalu itu kembali menghampiri dan membawa sejuta kenangan.
Kenangan manis dan pahit. Kenangan yang mungkin tak bisa ku lupa dimana 'dia' membawakan jutaan senyum untuk ku. membawa ribuan tangis untukku. Namun pada akhirnya itu hanya sebuah kenangan .
Aku berdiri di bawah guyuran hujan, menatap langit dan berharap hujan mengahapus kenangan itu, namun sayangnnya 'enggak'. Hujan malah semakin membuatku teringat dengan kenangan-kenangan itu.
Aku ingat ketika aku tertawa bersamanya menceritakan tentang kami. Semuaya terekam bersama dengan kenangan.
Akupun terkadang merindukannya, tak bisa dipungkiri ketika aku berpura-pura bahagia di depannya.
Aku rindu kenangan itu, aku rindu tawa itu, aku rindu akan segala hal yang tergores dalam kenangan itu.
"Aku tunggu kamu tepat tanggal ini, hari ini dan disini. dan aku berharap kau luangkan waktu untukku" "Aku berjanji ingin menunggumu!!!!!!!!" Rakel sambil menggenggam tangan ku.
Tidak... itu tidak mungkin, aku tak ingin kembali. Apa harus aku mempercayainya.
Aku tak ingin lagi merasakan goresan luka.dan akhirnya ku berduka.
Tapi nyatanya enggak-_- masalalu itu kembali menghampiri dan membawa sejuta kenangan.
Kenangan manis dan pahit. Kenangan yang mungkin tak bisa ku lupa dimana 'dia' membawakan jutaan senyum untuk ku. membawa ribuan tangis untukku. Namun pada akhirnya itu hanya sebuah kenangan .
Aku berdiri di bawah guyuran hujan, menatap langit dan berharap hujan mengahapus kenangan itu, namun sayangnnya 'enggak'. Hujan malah semakin membuatku teringat dengan kenangan-kenangan itu.
Aku ingat ketika aku tertawa bersamanya menceritakan tentang kami. Semuaya terekam bersama dengan kenangan.
Akupun terkadang merindukannya, tak bisa dipungkiri ketika aku berpura-pura bahagia di depannya.
Aku rindu kenangan itu, aku rindu tawa itu, aku rindu akan segala hal yang tergores dalam kenangan itu.
"Aku tunggu kamu tepat tanggal ini, hari ini dan disini. dan aku berharap kau luangkan waktu untukku" "Aku berjanji ingin menunggumu!!!!!!!!" Rakel sambil menggenggam tangan ku.
Tidak... itu tidak mungkin, aku tak ingin kembali. Apa harus aku mempercayainya.
Aku tak ingin lagi merasakan goresan luka.dan akhirnya ku berduka.
Sinopsis Gulita Dalam Senja
BY: Zien Kartika Andrs.
Ku rebahkan kedua
tanganku di atas tempat tidur yang kini mulai terasa reot dari biasanya. Mataku
menatap ke atas langit-langit kamar yang di penuhi oleh tempelan
bintang-bintang yang jika lampu dimatikan bintang-bintang itu pun dapat
memancarkan cahaya. Maka dari itu aku lebih suka mematikan lampu agar dapat
melihat bintang-bintang itu bercahaya.
Pikiranku mengembara
entah kemana. Rasanya sangat lelah jika membayangkan aktivitasku yang telah aku
lewati seharian ini.
Sambil mendengarkan
lagu dari handphone ku, ku coba memejamkan mata berharap dapat tertidur pulas.
Namun keinginan hanya keinginan. Pusing sekali, begitu banyak orang-orang
dikepalaku. Sehingga aku sulit untuk memejamkan mata. Bingung. Seharusnya ini
tak penting dan aku tak perlu memikirkannya.
Sial!!!! Rasanya
kesal sekali ketika kau harus memikirkan hal yang tak perlu kau pikiran. Ketika
itupun kegelisahan menghampiri.
“Hufftttt.......” Kuhembuskan nafasku.
Berharap dapat melegakan perasaan. Namun nyatanya tidak.
Aku pun segera
bangkit dari tempat tidurku menuju meja belajarku. Menarik kursi dan kemudian
duduk. Meraih handphone kemudian
memencet tombol hanya untuk mengecek jam. Jam pun menunjukan jam 01.48.
Di kamarku tidak
terdapat jam, karena kebetulan aku tidak dapat membaca jam. Jadi jam tidak ku
anggap penting di kamarku.
Kemudian ku nyalahkan
lampu pijar bintangku. Dan tembok-trembok kamar terlihat penuh bintang akibat
efek dari lampu pijarku. Indah. Benar-benar indah. Dan aku sangat menyukai
bintang.
Aku hanya duduk
melamun dan termenung, membayangkan yang belum terjadi. Membayangkan hari esok
yang harus ku lewati. Hari-hari yang penuh dengan banyak sekali dengan manusia
munafik. Jahanam! Sejujurnya aku membenci sekali berteman dengan manusia.
Tanganku memegangi
keningku yang berponi. Diam. Hanya diam.
Entah apa yang aku
pikirkan. Mungkin aku hanya lelah.
Sekitar beberapa
menit aku terjaga dalam lamunan. Entah apa yang aku pikirkan. Seorang sahabat
yang tidak aku tau dari mana asalnya atau kisah hidupku yang tak ada alurnya,
atau orang-orang yang tak tau sopan santun, manusia bodoh yang menghujat kaum
lemah, atau kisah cintaku yang sedang aku miliki.
Langganan:
Postingan (Atom)