counters

Minggu, 12 April 2015

Sinopsis*TAMARA #part1 #Kenangan di bukit kelabu **

      Ketika aku berusaha bangkit untuk menutup masalalu, aku berharap semua benar-benar tertutup.
Tapi nyatanya enggak-_- masalalu itu kembali menghampiri dan membawa sejuta kenangan.
Kenangan manis dan pahit. Kenangan yang mungkin tak bisa ku lupa dimana 'dia' membawakan jutaan senyum untuk ku. membawa ribuan tangis untukku. Namun pada akhirnya itu hanya sebuah kenangan .
Aku berdiri di bawah guyuran hujan, menatap langit dan berharap hujan mengahapus kenangan itu, namun sayangnnya 'enggak'. Hujan malah semakin membuatku teringat dengan kenangan-kenangan itu.
Aku ingat ketika aku tertawa bersamanya menceritakan tentang kami. Semuaya terekam bersama dengan kenangan.
Akupun terkadang merindukannya, tak bisa dipungkiri ketika aku berpura-pura bahagia di depannya.
Aku rindu kenangan itu, aku rindu tawa itu, aku rindu akan segala hal yang tergores dalam kenangan itu.

"Aku tunggu kamu tepat tanggal ini, hari ini dan disini. dan aku berharap kau luangkan waktu untukku" "Aku berjanji ingin menunggumu!!!!!!!!" Rakel sambil menggenggam tangan ku.
Tidak... itu tidak mungkin, aku tak ingin kembali. Apa harus aku mempercayainya.
Aku tak ingin lagi merasakan goresan luka.dan akhirnya ku berduka.

Sinopsis Gulita Dalam Senja




 BY: Zien Kartika Andrs.


Ku rebahkan kedua tanganku di atas tempat tidur yang kini mulai terasa reot dari biasanya. Mataku menatap ke atas langit-langit kamar yang di penuhi oleh tempelan bintang-bintang yang jika lampu dimatikan bintang-bintang itu pun dapat memancarkan cahaya. Maka dari itu aku lebih suka mematikan lampu agar dapat melihat bintang-bintang itu bercahaya.
Pikiranku mengembara entah kemana. Rasanya sangat lelah jika membayangkan aktivitasku yang telah aku lewati seharian ini.
Sambil mendengarkan lagu dari handphone ku, ku coba memejamkan mata berharap dapat tertidur pulas. Namun keinginan hanya keinginan. Pusing sekali, begitu banyak orang-orang dikepalaku. Sehingga aku sulit untuk memejamkan mata. Bingung. Seharusnya ini tak penting dan aku tak perlu memikirkannya.
Sial!!!! Rasanya kesal sekali ketika kau harus memikirkan hal yang tak perlu kau pikiran. Ketika itupun kegelisahan menghampiri.
“Hufftttt.......” Kuhembuskan nafasku. Berharap dapat melegakan perasaan. Namun nyatanya tidak.
Aku pun segera bangkit dari tempat tidurku menuju meja belajarku. Menarik kursi dan kemudian duduk. Meraih handphone kemudian memencet tombol hanya untuk mengecek jam. Jam pun menunjukan jam 01.48.
Di kamarku tidak terdapat jam, karena kebetulan aku tidak dapat membaca jam. Jadi jam tidak ku anggap penting di kamarku.
Kemudian ku nyalahkan lampu pijar bintangku. Dan tembok-trembok kamar terlihat penuh bintang akibat efek dari lampu pijarku. Indah. Benar-benar indah. Dan aku sangat menyukai bintang.
Aku hanya duduk melamun dan termenung, membayangkan yang belum terjadi. Membayangkan hari esok yang harus ku lewati. Hari-hari yang penuh dengan banyak sekali dengan manusia munafik. Jahanam! Sejujurnya aku membenci sekali berteman dengan manusia.
Tanganku memegangi keningku yang berponi. Diam. Hanya diam.
Entah apa yang aku pikirkan. Mungkin aku hanya lelah.
Sekitar beberapa menit aku terjaga dalam lamunan. Entah apa yang aku pikirkan. Seorang sahabat yang tidak aku tau dari mana asalnya atau kisah hidupku yang tak ada alurnya, atau orang-orang yang tak tau sopan santun, manusia bodoh yang menghujat kaum lemah, atau kisah cintaku yang sedang aku miliki.